BERITA YAHOO
Dalam beberapa tahun terakhir, orangutan berhasil menjadi ikon yang dapat membuat orang ingat akan upaya pelestarian hutan. Bahwa habitat orangutanlah yang menjadi korban saat perluasan lahan kelapa sawit terjadi, utamanya di Kalimantan.
Meski begitu, data terbaru dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur dan Centre for Orangutan Protection (COP) menceritakan kondisi riil di lapangan soal orangutan. Mereka terpaksa mengevakuasi sedikitnya empat orangutan dari Muara Kaman serta dua orangutan lain dari Muara Wahau pada Juli 2011 lalu.
Yang mereka temukan cukup mengenaskan. Ada satu induk orangutan ditemukan mati dan dikubur dengan kondisi banyak bekas pukulan, kedua pergelangan tangannya terluka serta jari-jari yang putus.
Sedangkan di Kalimantan Tengah, COP mengidentifikasi satu tengkorak orangutan dan mengevakuasi tiga anak orangutan yang ditangkap masyarakat. Empat tengkorak orangutanjuga ditemukan pada 20 Agustus 2011.
Belum cukup sampai di situ, puluhan orangutan juga kerap jadi sasaran warga Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Ancalong, Kutai Kartanegara, karena dianggap sebagai hama yang merusak dan menggagalkan panen tanaman kepala sawit. Di sebuah areal konsesi perkebunan kelapa sawit, warga desa pun memotong kepala satwa.
Juru kampanye COP Hardi Baktiantoro juga mengatakan bahwa para pemburu bayaran itu mengaku telah membunuh banyak induk orangutan dan para pekerja perkebunan pun mengaku sengaja menyebarkan pisang yang sudah disemprot furadan untuk meracuni orangutan.
Fakta-fakta ini, jika benar terjadi, sangatlah mengerikan. Sayangnya hingga hari ini, polisi tidak juga menetapkan seorang pun jadi tersangka dan tidak ada yang dipenjara. "Ini mengecewakan dan membahayakan bagi kelangsungan hidup orangutan," ujar Hardi lewat siaran persnya.
Hardi menilai kematian puluhan orangutan bukan terjadi karena konflik manusia dengan jenis binatang primata tersebut, melainkan upaya pembunuhan massal kelompok tertentu yang rakus untuk meraih keuntungan pribadi. Pihaknya menyentil pemerintah yang harusnya berani melihat kenyataan bahwa polisi tidak membuat kemajuan apapun untuk mencegah kepunahan orangutan di Kalimantan.
Setidaknya sejak 10 tahun terakhir, 12 ribu orangutan mati terbunuh oleh manusia di seluruh wilayah Indonesia. "Ada sekitar 2.400 hingga 12 ribu orangutan yang sudah terbunuh oleh manusia. Terutama karena dianggap hama sawit. Itu penyebab utamanya. Yang kedua adalah hilangnya habitat," kata Hardi lagi.
Kelapa sawit bukan hanya satu-satunya ancaman populasi orangutan. Di Kalimantan Barat pun, orangutan mengalami ancaman serupa, penurunan populasi, tapi akibat perburuan dan perdagangan satwa liar untuk dijadikan hewan peliharaan bahkan sebagai sumber makanan.
Perluasan lahan kelapa sawit mungkin diperlukan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi, lewat meningkatkan ekspor kelapa sawit. Tetapi, perbaikan ekonomi tidak sepantasnya dilakukan dengan harga kepunahan orangutan. Bahkan kedua hal itu sebenarnya tidak layak menjadi dua hal yang bisa saling menggantikan. Melindungi orangutan tidak berarti mematikan kelapa sawit, dan perluasan kelapa sawit pun tidak sepantasnya membuat kerusakan pada habitat orangutan, apalagi sampai mengorbankan nyawa mereka.
Orangutan hanya satu dari sekian banyak jenis satwa di Indonesia yang menjadi korban karena perkebunan kelapa sawit. Di Riau banyak terdengar cerita gajah atau harimau masuk ke permukiman.
Dengan semakin seringnya peristiwa seperti ini terjadi di Indonesia, kami ingin bertanya pendapat Anda, apa sebenarnya letak masalahnya di sini? Kenapa peristiwa-peristiwa ini semakin sering terjadi? Dan kenapa terjadi dengan tingkat keparahan yang semakin meningkat pula?
Apa yang seharusnya mulai dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kerusakan lingkungan, hutan, dan bahkan, kemungkinan punahnya satwa-satwa khas Indonesia?
Atau, Anda mungkin tinggal dekat dengan lahan konsesi kelapa sawit. Ceritakanlah kepada kami, seperti apa keadaan di sana? Dan apa yang Anda ketahui soal penyebab gangguan satwa masuk ke lahan kelapa sawit? Tinggalkan jawaban dan komentar Anda di bawah ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, orangutan berhasil menjadi ikon yang dapat membuat orang ingat akan upaya pelestarian hutan. Bahwa habitat orangutanlah yang menjadi korban saat perluasan lahan kelapa sawit terjadi, utamanya di Kalimantan.
Meski begitu, data terbaru dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur dan Centre for Orangutan Protection (COP) menceritakan kondisi riil di lapangan soal orangutan. Mereka terpaksa mengevakuasi sedikitnya empat orangutan dari Muara Kaman serta dua orangutan lain dari Muara Wahau pada Juli 2011 lalu.
Yang mereka temukan cukup mengenaskan. Ada satu induk orangutan ditemukan mati dan dikubur dengan kondisi banyak bekas pukulan, kedua pergelangan tangannya terluka serta jari-jari yang putus.
Sedangkan di Kalimantan Tengah, COP mengidentifikasi satu tengkorak orangutan dan mengevakuasi tiga anak orangutan yang ditangkap masyarakat. Empat tengkorak orangutanjuga ditemukan pada 20 Agustus 2011.
Belum cukup sampai di situ, puluhan orangutan juga kerap jadi sasaran warga Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Ancalong, Kutai Kartanegara, karena dianggap sebagai hama yang merusak dan menggagalkan panen tanaman kepala sawit. Di sebuah areal konsesi perkebunan kelapa sawit, warga desa pun memotong kepala satwa.
Juru kampanye COP Hardi Baktiantoro juga mengatakan bahwa para pemburu bayaran itu mengaku telah membunuh banyak induk orangutan dan para pekerja perkebunan pun mengaku sengaja menyebarkan pisang yang sudah disemprot furadan untuk meracuni orangutan.
Fakta-fakta ini, jika benar terjadi, sangatlah mengerikan. Sayangnya hingga hari ini, polisi tidak juga menetapkan seorang pun jadi tersangka dan tidak ada yang dipenjara. "Ini mengecewakan dan membahayakan bagi kelangsungan hidup orangutan," ujar Hardi lewat siaran persnya.
Hardi menilai kematian puluhan orangutan bukan terjadi karena konflik manusia dengan jenis binatang primata tersebut, melainkan upaya pembunuhan massal kelompok tertentu yang rakus untuk meraih keuntungan pribadi. Pihaknya menyentil pemerintah yang harusnya berani melihat kenyataan bahwa polisi tidak membuat kemajuan apapun untuk mencegah kepunahan orangutan di Kalimantan.
Setidaknya sejak 10 tahun terakhir, 12 ribu orangutan mati terbunuh oleh manusia di seluruh wilayah Indonesia. "Ada sekitar 2.400 hingga 12 ribu orangutan yang sudah terbunuh oleh manusia. Terutama karena dianggap hama sawit. Itu penyebab utamanya. Yang kedua adalah hilangnya habitat," kata Hardi lagi.
Kelapa sawit bukan hanya satu-satunya ancaman populasi orangutan. Di Kalimantan Barat pun, orangutan mengalami ancaman serupa, penurunan populasi, tapi akibat perburuan dan perdagangan satwa liar untuk dijadikan hewan peliharaan bahkan sebagai sumber makanan.
Perluasan lahan kelapa sawit mungkin diperlukan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi, lewat meningkatkan ekspor kelapa sawit. Tetapi, perbaikan ekonomi tidak sepantasnya dilakukan dengan harga kepunahan orangutan. Bahkan kedua hal itu sebenarnya tidak layak menjadi dua hal yang bisa saling menggantikan. Melindungi orangutan tidak berarti mematikan kelapa sawit, dan perluasan kelapa sawit pun tidak sepantasnya membuat kerusakan pada habitat orangutan, apalagi sampai mengorbankan nyawa mereka.
Orangutan hanya satu dari sekian banyak jenis satwa di Indonesia yang menjadi korban karena perkebunan kelapa sawit. Di Riau banyak terdengar cerita gajah atau harimau masuk ke permukiman.
Dengan semakin seringnya peristiwa seperti ini terjadi di Indonesia, kami ingin bertanya pendapat Anda, apa sebenarnya letak masalahnya di sini? Kenapa peristiwa-peristiwa ini semakin sering terjadi? Dan kenapa terjadi dengan tingkat keparahan yang semakin meningkat pula?
Apa yang seharusnya mulai dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kerusakan lingkungan, hutan, dan bahkan, kemungkinan punahnya satwa-satwa khas Indonesia?
Atau, Anda mungkin tinggal dekat dengan lahan konsesi kelapa sawit. Ceritakanlah kepada kami, seperti apa keadaan di sana? Dan apa yang Anda ketahui soal penyebab gangguan satwa masuk ke lahan kelapa sawit? Tinggalkan jawaban dan komentar Anda di bawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar